iwantongeng.blogspot.com

Breaking

Senin, 15 Agustus 2016

ANALISIS WACANA




Chaer (2007:62) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap sehingga hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi di atas satuan kalimat. Para pakar sependapat dengan hal tersebut sehingga wacana merupakan satuan tertinggi yang terlengkap karena dalam wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh yang bisa dipahami tanpa adanya keraguan. 

Sebuah wacana terdiri atas beberapa kalimat dan sebuah wacana yang besar dibangun oleh paragraf-paragraf dan di dalam setiap paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat-kalimat yang saling berkaitan yang membentuk sebuah pikiran pokok yang di dalamnya terdapat sebuah kalimat pokok atau kalimat utama dan sejumlah kalimat penjelas. 
Terbentuknya sebuah keutuhan di dalam wacana dibangun oleh beberapa unsur yaitu unsur kohesi dan unsur koherensi. Unsur kohesi seperti penggunaan-penggunaan konjungsi, penggunaan pronomina persona, penggunaan tanda baca dan sebagainya. Sedangkan unsur koherensi berkaitan dengan aspek semantik seperti penggunaan hubungan pertentangan, penggunaan hubungan kespesifikan, penggunaan hubungan sebab akibat atau penggunaan hubungan perbandingan. Dalam makalah ini akan membahas tentang konsep analisis wacana, wacana sebagai realitas dan media komunikasi dan jenis-jenis pemakaian wujud wacana. 
Fokus Pembahasan  
1. Apa yang dimaksud dengan studi wacana? 
2. wacana sebagai realitas dan media komunikasi? 
3. Apa yang dimaksud dengan analisis wacana? 
4. Apa saja jenis pemakaian wujud wacana? 

PEMBAHASAN 
A. Studi Wacana 
Kata wacana berasal dari kata vacana ‘bacaan’ dalam bahasa Sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana atau vacana atau’ bicara, kata, ucapan’. Kata wacana dalam bahasa baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana ‘ucapan, percakapan, kuliah’ (Poerwadarminta 1976: 1144). 
Dalam linguistik, wacana dimengerti sebagai satuan lingual (linguistic unit) yang berada di atas tataran kalimat (Baryadi 2002:2). 
Wacana dapat pula diartikan sebagai: 
1. Rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan preposisi yang satu dengan preposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. 
2. Kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis (J.S Badudu dalam Eriyanto, 2001: 2 
Secara garis besar, dapat disimpulkan pengertian wacana adalah satuan bahasa terlengkap daripada fonem, morfem, kata, klausa, kalimat dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis ini dapat berupa ucapan lisan dan dapat juga berupa tulisan, tetapi persyaratanya harus dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh lebih dari sebuah kalimat. 
Sebagai objek kajian dan penelitian kebahasaan, wacana dapat diteliti dari berbagai segi. Analisis wacana mengkaji wacana baik dari segi internal maupun eksternalnya. Dari segi internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagian wacana; sedangkan dari segi eksternal, wacana dikaji dari segi keterkaitan wacana itu dengan pembicara, hal yang dibicarakan dan mitra bicara. 
Aspek-aspek yang terkandung didalam wacana menyuguhkan kajian yang sangat beragam. Penelitian tentang wacana masih banyak berkutat pada persoalan kebahasaannya secara internal. Belum banyak penelitian yang mengeksplorasi wacana dari segi eksternalnya, seperti sosial, sastra, budaya, ekonomi dan lain-lain. 

B. Wacana Sebagai realitas dan Media Komunikasi 
1. Segi realitas wacana 
Jika ditinjau dari segi realitas, sebuah wacana itu berbentuk rangkaian kebahasaan dengan semua kelengkapan struktur bahasa seperti apa adanya. Namun ternyata pada pihak lain, wacana dapat juga berwujud sebagai rangkaian non bahasa, misalnya rangkaian isyarat dan rangkaian tanda-tanda yang bermakna bahasa yang telah disepakati oleh sebagian kelompok masyarakat sebagai suatu konvensi. Rangkaian itu dapat dibagi atas : 

a. Isyarat dengan gerak gerik sekitar kepala atau muka yang meliputi : 

  • Gerakan mata 
  • Gerakan bibir 
  • Gerakan kepala 
  • Perubahan raut wajah 
  • Gerakan tangan 
  • Gerakan kaki 
  • Gerakan seluruh anggota tubuh




b. Isyarat melalui gerak gerik anggota tubuh lain yang dapat dibagi menjadi
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna)
Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana.
Pemaparan wacana sama dengan tinjauan isi, cara penyusunan, dan sifatnya. Berdasarkan pemaparan, wacana meliputi naratif, prosedural, hortatori, ekspositori, dan deskriptif.
Jenis pemakaian wacana berwujud monolog, dialog, dan polilog. Wacana monolog merupakan wacana yang tidak melibatkan bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang berkepentingan. Wacana yang berwujud dialog berupa percakapan atau pembicaraan antara dua pihak. Wacana polilog melibatkan partisipan pembicaraan di dalam konservasi.

c. Tanda-tanda yang bermakna bahasa, yaitu tanda-tanda bermakna yang terdapat pada rambu-rambu lalu lintas 
Proses konsturuksi relitas oleh pelaku pembuat wacana ,misalnya dalam media massa dimulai dengan adanya relitas pertama berupa keadaan, benda, pikiran, dan sebagainya. Secara umum,system komunikasi adalah faktor yang mempengaruhi sang pelaku dalam membuat wacana. Dalam system komunikasi libertarian, wacana yang terbentuk akan berbada dalam system komunikasi yang otoritarian. Secara lebih khusus dinamika eksternal dan internal yang mengenai diri si pelaku kontruksi tentu saja mempengaruhi proses konstruksi. Ini juga menunjukan bahwa pembentukan wacana tidak dalam ruang vakum. Pengaruh ini dapat datang dari pribadi sipenulis dalam bentuk kepentingan idealis,ideologis,dan sebagainya. Untuk melakukan konstruksi realitas, pelaku konstruksi memakai strategi tertentu. Tidak terlepas dari pengaruh eksternal dan internal,strategi konstruksi ini mencakup pilihan bahasa mulai dari kata hingga paragraph; pilihan fakta yang akan dimasukan/ dikeluarkan dari wacana yang popular disebut strategi framing.dan pilihan teknik menampilkan wacana didepan publik disebut strategi priming. 



2. Wacana sebagai media komunikasi  
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan. Ide atau gagasan dari suatu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umunya komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Apabila tidak dilakukan dengan bahasa verbal dapat dilakukan dengan bahasa non verbal atau bahasa isyarat, misalnya menggunakan gerak-gerik badan atau menunjukan sikap tertentu, seperti tersenyum, menggelengkan kepala dan sebagainya. 
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi adalah bahasa lisan atau tulis. Komunikasi dapat berupa interaktif dan transaktif. melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh kelompok lain. Akan tetapi komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan merangkum komponen komunikasi. 
Komponen komunikasi adalah hal- hal yang harus ada agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Komponen-komponen tersebut antara lain sebagai berikut. 

  • Pengirim atau komunikator adalah pihak yang mengumumkan pesan kepihak lain.  
  • Penerima atau komunikan adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
  • Pesan adalah isi atau maksud yang disampaikan oelh satu pihak ke pihak lain.
  • Umpan balik adalah tanggapan dari penerima pesan atau isi pesan yang disampaikan.

Jika dilihat dari fungsi wacana sebagai media komunikasi, wujud wacana itu dapat berupa rangkaian tuturan lisan maupun tulisan. Sebagai media komunikasi lisan. Wacana dalam kehidupan media juga memiliki pengertian yang dalam. Menurut Norman (1995) wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial,ditinjau dari sudut tertentu. Menurut Fiske wacana harus diartikan sebagai suatu pernyataan atau ungkapan yang lebih. Jadi wacana adalah proses komunikasi yang menggunakan symbol-symbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa didalam system kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi, seperti kata-kata ,tulisan ,gambar-gambar dan lain-lain. 
Teks dalam media adalah hasil proses wacana media, (media discourse). Di dalam proses tersebut, nilai- nilai ,ideology,dan kepentingan media turut serta. Hal tersebut memperlihatkan bahwa media tidak netral sewaktu mengontruksi realitas social.media mengikut sertakan perspektif dan cara pandang mereka dalam menafsirkan relitas social, mereka memilihnya untuk menentukan aspek aspek yang ditonjolkan maupun yang dihilangkan. Menentukan struktur berita yang sesuai dengan kehendak mereka, dari sisi mana peristiwa yang ada disoroti,bagian mana dari peristiwayang didahulukan atau dilupakan,serta bagian mana dari peristiwa yang ditonjolkan atau dihilangkan.

C. Analisis Wacana
Istilah wacana sering dipahami sebagai suatu gagasan umum bahwa bahasa ditata menurut pola-pola yang berbeda yang diikuti oleh ujaran para pengguna bahasa ketika mereka ambil bagian dalam domain-domain kehidupan sosial yang berbeda, misalnya dalam domain “wacana medis” dan “wacana politik”. Dengan demikian “analisis wacana” merupakan analisis atas pola-pola tersebut. 
Dalam bukunya, Yoce Aliah Darma (2014) menjelaskan bahwa, analisis wacana dalam arti paling sederhana merupakan kajian terhadap suatu bahasa yang lebih besar daripada kalimat. 
Analisis wacana sebagai disiplin ilmu dengan metodologi yang eksplisit berkembang pada awal tahun1970-an yang bersumber pada tradisi keilmuan barat. Istilah analisis wacana muncul sebagai upaya untuk menghasilkan deskripsi bahasa yang lebih lengkap sebab terdapat fitur-fitur bahasa yang tidak cukup jika hanya dianalisis dengan menggunakan aspek struktur dan maknanya saja. Oleh karena itu, melalui analisis wacana dapat diperoleh penjelasan mengenai korelasi antara apa yang diujarkan, apa yang dimaksud, dan apa yang dipahami dalam konteks tertentu. Anailisis wacana merupakan pendekatan yang mengakaji relasi antara bahasa dengan konteks yang melatarbelakanginya. 
Pengertian lain menjelaskan bahwa Analisis wacana merupakan suatu kajian yang menenliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan terhadapa para pengguna sebagai suatu elemen masyrakat. Kajian terhadap suatu wacana dapat dilakukan secara struktural dengan menghubungkan anatara teksn dan konteks, serta melihat suatu wacana secara fungsional dengan menganalisis tindakan yang dilakukan seseorang untuk tujuan tertentu untuk memberikan makna kepada partisipan yang terlibat. Data yang digunakan dalam analisis wacana adalah dengan cara berfokus kepada pengkontruksian secara kewacanaan yang meliputi teks tulis yang berupa ragam tulisan, dan teks lisan yang berupa ragam tuturan. 
Analisis wacana yang berfokus pada ragam tulisan dan ragam tuturan untuk memahami makna partisipan dapat dilakukan dengan beberpa pendekatan. 
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam analisis wacana adalah sebagai berikut : 
1. Teori wacana Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe, adalah pendekatan yang berfokus pada wacana yang mengkonstruk makna dalam dunia sosial, karena bahasa tidak stabil dan tidak pernah permananen. 
2. Analisis wacana kritis, adalah pendekatan yang menekankan peran aktif wacana dalam mengonstruk perubahan di dunia sosial, karena penggunaan bahasa kongkret berdasarkan kesepakatan masyarakat. 
3. Psikologi kewacanaan, adalah pendekatan yang menganalisis wacana dalam skala besar dan memiliki fokus persoalan khusus pengguna bahasa dalam interaksi sosial yakni psikologi kewacanaan seseorang dalam suatu masyarakat. 
Analisis wacana yang merupakan usaha untuk memahami suatu bahasa tentunya memiliki manfaat dalam proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa. Mengkaji wacana secara sunguh-sungguh akan meningkatkan pemerolehan kompetensi komunikatif. 
3. Jenis Pemakaian Wujud Wacana
a. Wacana berdasarkan fungsi bahasa 
Merujuk pendapat Leech (1974, dalam Kushartanti dan Lauder, 2008:91) tentang fungsi bahasa, wacana dapat diklasifikasi sebagai berikut.

  • Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresif, seperti wacana pidato.
  • Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan dalam pesta.
  • Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa.
  • Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
  • Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.


b. Wacana berdasarkan potensi kajiannya 
Menurut Djajasudarma (1994:6), jenis wacana dapat dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian.

  • Realitas Wacana
  •  Media Komunikasi Wacana
  •  Pemaparan Wacana
  • Jenis Pemakaian Wacana
SUDUT PANDANG
JENIS WACANA
Eksistensi/realitas
verbal
nonverbal
Media Komunikasi
lisan
tulisan
Cara Pemaparan
naratif
deskriptif
prosedural
ekspositori
hortatory
Jenis Pemakaian
monolog
dialog
polilog



c. Wacana berdasarkan bentuk dan jenisnya 
Wacana berdasarkan bentuk dan jenisnya dibedakan menjadi wacana naratif, deskriptif, ekspositoris, persuasif dan argumentatif.

  • Wacana naratif adalah wacana yang menceritakan suatu atau beberapa peristiwa, seperti roman, novel, memoir, cerita dalam buku suci yang mengandung ajaran, dongeng, biografi dan autobiografi.
  • Wacana deskriptif adalah wacana yang menggambarkan sebuah tempat atau seseorang.
  • Wacana ekspositoris adalah wacana yang bertujuan untuk menganalisis sebuah fenomena atau sebuah gagasan agar dipahami oleh pembaca dengan memberikan penjelasan dan penegasan. Dalam dunia pendidikan, wacana ini bertujuan untuk mengingat apa yang telah diterangkan untuk mentransfer pengetahuan.
  • Wacana persuasif adalah wacana yang ditujukan untuk menunjukkan, membuktikan, dan meyakinkan pembaca.
  • Wacana argumentative adalah wacana yang bertujuan untuk mempertahankan suatu pernyataan dengan memberikan argumen dan contoh lain yang menggunakan argumentasi.



d. Wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunannya 
Wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunan, isi, dan sifatnya. Llamzon, 1984 (Syamsuddin, 1992: 9) membedakan ke dalam:

  • wacana naratif yaitu wacana yang menceritakan suatu kejadian menonjolkan tokohnya.
  • Wacana prosedural yaitu rangkaian wacana yang melukiskan sesuatu secara berurutan.
  • Wacana hortatorik merupakan rangkaian tuturan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat.
  • Wacana ekspositorik merupakan rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran dengan menyampaikan uraian-uraian dan detailnya.
  • Wacana deskriptif merupakan wacana yang memaparkan sesatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya.




e. Wacana berdasarkan penuturnya 
Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dibedakan pula ke dalam wacana monolog dan wacana dialog.

  • Monolog merupakan wacana yang diungkapkan seseorang sesuai dengan tujuan dan perasaannya yang dialamatkan kepada diri sendiri.
  •  Dialog yaitu situasi komunikasi antara penyapa dan pesapa. Dengan kata lain pertukaran tuturan antar dua orang.


f. Wacana berdasarkan media komunikasinya 
Dan berdasarkan media komunikasinya meliputi wacana lisan dan tulis. Wacana lisan dapat berupa suatu oblrolan singkat mengenai satu situasi. Wacana tulisan ini menekankan interaksi antara pembicara melalui tanya jawab, misalnya antara guru dan murid, pasien dan dokter, dll. Sedangkan wacana tulisan bersifat transaksi berupa pengumuman, iklan, surat, undangan, makalah, essai, cerpen, novel, dll. 
Titscher, Stefan dkk, (dalam Darma, 2000: 43 – 44) menjelaskan bahwa wacana tulisan memiliki ciri-ciri:

  • Kohesi, hubungan di antara unsure-unsur permukaan.
  • Koherensi, hubungan semantik.
  • Internasionalitas, hubungan sikap dan tujuan penulis teks.
  • Ekspatibilitas, kesiapan pembaca untuk memperoleh sebuah teks yang berguna atau relevan,
  • Informativitas, kuantitas informasi yang baru atau yang diharapkan dalam sebuah teks.
  • Situasionalitas, kumpulan pembicaraan dan situasi tuturan berperan penting dalam pembuatan teks.
  • Intertekstualitas, hubungan antara teks yang satu dengan teks yang lainnya.


SIMPULAN 
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap daripada fonem, morfem, kata, klausa, kalimat dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis ini dapat berupa ucapan lisan dan dapat juga berupa tulisan, tetapi persyaratanya harus dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh lebih dari sebuah kalimat. 
Jika ditinjau dari segi realitas, sebuah wacana itu berbentuk rangkaian kebahasaan dengan semua kelengkapan struktur bahasa seperti apa adanya. Namun ternyata pada pihak lain, wacana dapat juga berwujud sebagai rangkaian non bahasa, misalnya rangkaian isyarat dan rangkaian tanda-tanda yang bermakna bahasa yang telah disepakati oleh sebagian kelompok masyarakat secara bersama. 
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan. Ide atau gagasan dari suatu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umunya komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. 
Analisis wacana yang merupakan usaha untuk memahami suatu bahasa tentunya memiliki manfaat dalam proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa. Mengkaji wacana secara sunguh-sungguh akan meningkatkan pemerolehan kompetensi komunikatif. 
Jenis pemakaian wujud wacana dibedakan ke dalam, wacana berdasarkan fungsi bahasa, wacana berdasarkan potensi kajiannya, wacana berdasarkan bentuk dan jenisnya, wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunannya, wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunannya, dan wacana berdasarkan media komunikasinya 
SUMBER: 
Baryadi Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondhosuli. 
Darma, Yoce Aliah. 2014.Analisis Wacana Kritis, Bandung: PT. Refika Aditama. 
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS 
Poerwadarminta, W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar anda di sini.

Breaking News
Diberdayakan oleh Blogger.