A.
Definisi
Fitur Distingtif.
Fitur distingtif dikenal juga dengan sebutan
fitur pembeda, fitur berasal dari kata “feature” yang memiliki arti
mempunyai makna yang banyak. Distingtif diartikan sebagai pembeda, jadi fitur
distingtif adalah sesuatu yang membedakan benda satu dengan benda yang lain,
dalam bahasa dikatakan fonem yang membedakan dengan fonem yang lain.
Distingtif
merupakan suatu bentuk perkembangan baru dari fonologi yang bertujuan
menganalisis bunyi bahasa samapai ke tahap ciri tertentu yang membedakan sebuah
fonem dari yang lain. Tujuan utama teori ini adalah untuk menemukan ciri-ciri
minimal yang dapat digunakan untuk membedakan bunyi-bunyi bahasa yang
signifikan, dengan demikian dapat membedakan sebuah bahasa dari yang lain
B.
Jenis
atau Tipe Fitur Distingtif.
Jenis fitur distingtif didefinisikan
oleh empat tokoh besar. Trubetzkoy, Jacobson, Chomsky, dan Halle. Empat tokoh
ini sangat berperan penting dalam menentukan fitur distingtif yang sesuai pada
bahasa yang digunakan karena empat tokoh tersebut memiliki pendapat yang
berbeda mengenai fitur distingtif, sedangkan dalam bahasa Indonesia sendiri
penggunaan fitur distingtif seperti pada pendapat Simanjuntak (1990: 62) lebih
cenderung sesuai dengan pendapat Chomsky dan Halle tahun 1968 “The Sound
Pattern of English”.
Tipe fitur distingtif meliputi
vokalik, konsonantal, tinggi, belakang, rendah, anterior, koronal, bulat,
tegang, suara, kontinuan, sengau, dan striden (Simanjuntak, 1990: 96).
No.
|
Fitur
|
Penjelasan
|
fonem
|
1.
|
Vokalik
|
Muslich
(2012: 46), vokalik berisi huruf vocal. Saat vokal diucapkan, yang diatur
hanya ruang resonansi rongga mulut melalui pengaturan posisi lidah dan bibir.
|
[a], [i], [u], [e], [o].
|
2.
|
Konsonantal
|
Konsonantal
merupakan penyempitan pada daerah artikulasi (alat ucap yang disentuh),
meliputi huruf yang memiliki hambatan dalam rongga mulut pada saat
mengucapkan atau pada proses pembentukannya.
|
[b], [c], [d], [f], [g], [h], [j],
[k], [l], [m], [n], [p], [q], [r], [s], [t], [v], [w], [x], [y], [z].
|
3.
|
Tinggi
|
Bunyi tinggi dihasilkan pada posisi lidah meninggi /
mendekati langit-langit keras.
|
[i] pada kata [kita], lidah
dinaikkan.
[u] pada kata [hantu].
|
4.
|
Belakang
|
Bunyi
belakang dihasilkan pada posisi lidah bagian belakang yang dinaikkan, dalam
bentuk bibir dan posisi lidah hamper sama dengan fitur tinggi.
|
[u] pada kata [buku], posisi lidah
belakang meninggi, mendekati langit-langit keras.
|
5.
|
Rendah
|
Muslich, (2012: 57), bunyi rendah
yaitu bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah agak merendah menjauhi
langit-langit keras.
|
[O] pada kata [rOkOÊ”].
|
6.
|
Anterior
|
Suara yang diproduksi dengan
obstruksi yang terletak di langit-langit depan (Hyman, 1975: 48).
|
[t] dan [n].
|
7.
|
Koronal
|
Bunyi koronal dihasilkan dengan
posisi daun lidah (artikulator) dan langit-langit keras (artikulasi).
|
[t.]
|
8.
|
Bulat
|
Bunyi bulat merupakan bunyi yang
dihasilkan dengan posisi bibir berbentuk bulat (Muslich, 2012:58).
|
[u], [U],
[o], [O], [α].
|
9.
|
Tegang
|
Bunyi yang dihasilkan dengan
penegangan pada otot artikulasi.
|
[e].
|
10.
|
Suara
|
Tergantung
ada atau tidaknya getaran, tergolong menjadi suara hidup (bersuara) dan
suara mati (tak bersuara). Bunyi hidup adalah bunyi yang dihasilkan dengan
pita suara bergitar secara signifikan, sedang bunyi mati adalah bunyi yang
dihasilkan oleh pita suara dengan gerakan membuka menutup sehingga getarannya
tidak signifikan.
|
Bunyi mati:
[k], [t], [s], dan [p].
Bunyi hidup: [g], [b], [d], dan
[z].
|
11.
|
Kontinuan
|
Muslich (2012: 55), bunyi yang
dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup secara total sehingga arus
udara tetap mengalir.
|
[c], [j],
[f], [r], [R], [s], [v], [x], [z].
|
12.
|
Sengau
|
Muslich (2012: 51), bunyi yang
dihasilkan dengan cara udara keluar melalui ringga mulut dan rongga hidung,
dengan membuka velik sedikit.
|
[Bindheng]
|
13.
|
Striden
|
Bunyi yang
terjadi jika udara menggeser alat ucap.
|
Labiodental [f] dan [v].
|
C.
Penerapan
Fitur Distingtif.
Menurut Simanjuntak (1990: 12) untuk
menentukan perbedaan antara dua fonem dengan cara:
1. Mencari semua parameter (variables)
tiap fonem.
2. Membuang parameter yang sama.
3. Mengenal parameter yang tidak sama.
Misalnya kata ‘batuk dan patuk’.
Terdapat perbedaan fonem awal yakni /b/ dan /p/. Berikut analisis fitur
distingtifnya.
No.
|
Pembeda
|
[b]
|
[p]
|
1.
|
Vokalik
|
-
|
-
|
2.
|
Konsonantal
|
+
|
+
|
3.
|
Tinggi
|
-
|
-
|
4.
|
Belakang
|
-
|
-
|
5.
|
Rendah
|
-
|
-
|
6.
|
Anterior
|
+
|
+
|
7.
|
Koronal
|
-
|
-
|
8.
|
Bulat
|
-
|
-
|
9
|
Tegang
|
-
|
-
|
10.
|
Suara
|
+
|
-
|
11.
|
Kontinuan
|
-
|
-
|
12.
|
Sengau
|
-
|
-
|
13.
|
Striden
|
-
|
-
|
Berdasarkan data di atas, kata
‘batuk dan patuk’ dengan fonem [b] dan [p] memiliki perbedaan pada fitur suara. Pada fonem [b] terjadi
suara hidup sedang pada fonem [p] terjadi suara mati.
Simpulan
Dalam bahasa sehari-hari yang
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi jika ditelaah lebih lanjut
menghasilkan kajian yang menarik untuk dibahas dalam bidang fonologi. Salah
satu pembeda dari bahasa selain aksen, tempo atau sebagainya ternyata juga
dapat dikaji dengan melihat tiga belas ( vokalik, konsonantal, tinggi,
belakang, rendah, anterior, koronal, bulat, tegang, suara, kontinuan, sengau,
dan striden) fitur pembeda atau fitur distingtif.
Penganalisisan dengan cara mencari
fonem-fonem yang sama terlebih dahulu kemudian mencari fonem-fonem yang berbeda
untuk dianalisis.
SUMBER
Hyman, Larry M.
1975. Phonology: Theory and Analysis. Amerika: United Stated of
America.
Muslich,
masnur. 2012. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem
Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Simanjuntak, M.
1990. Teori Fitur Distingtif dalam Fonologi Generatif: Perkembangan dan
Penerapannya. Jakarta: Gaya Media Utama.
Verhaar.
2010. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar anda di sini.