iwantongeng.blogspot.com

Breaking

Rabu, 07 Januari 2015

Fitur Distingtif dalam fonologi

FITIUR DISTINGTIF

A.           Definisi Fitur Distingtif.
            Fitur distingtif dikenal juga dengan sebutan fitur pembeda, fitur berasal dari kata “feature” yang memiliki arti mempunyai makna yang banyak. Distingtif diartikan sebagai pembeda, jadi fitur distingtif adalah sesuatu yang membedakan benda satu dengan benda yang lain, dalam bahasa dikatakan fonem yang membedakan dengan fonem yang lain. 
Distingtif merupakan suatu bentuk perkembangan baru dari fonologi yang bertujuan menganalisis bunyi bahasa samapai ke tahap ciri tertentu yang membedakan sebuah fonem dari yang lain. Tujuan utama teori ini adalah untuk menemukan ciri-ciri minimal yang dapat digunakan untuk membedakan bunyi-bunyi bahasa yang signifikan, dengan demikian dapat  membedakan sebuah bahasa dari yang lain

B.           Jenis atau Tipe Fitur Distingtif.
Jenis fitur distingtif didefinisikan oleh empat tokoh besar. Trubetzkoy, Jacobson, Chomsky, dan Halle. Empat tokoh ini sangat berperan penting dalam menentukan fitur distingtif yang sesuai pada bahasa yang digunakan karena empat tokoh tersebut memiliki pendapat yang berbeda mengenai fitur distingtif, sedangkan dalam bahasa Indonesia sendiri penggunaan fitur distingtif seperti pada pendapat Simanjuntak (1990: 62) lebih cenderung sesuai dengan pendapat Chomsky dan Halle tahun 1968 “The Sound Pattern of English”.
Tipe fitur distingtif meliputi vokalik, konsonantal, tinggi, belakang, rendah, anterior, koronal, bulat, tegang, suara, kontinuan, sengau, dan striden (Simanjuntak, 1990: 96).

No.
Fitur
Penjelasan
fonem
1.
Vokalik
Muslich (2012: 46), vokalik berisi huruf vocal. Saat vokal diucapkan, yang diatur hanya ruang resonansi rongga mulut melalui pengaturan posisi lidah dan bibir.
[a], [i], [u], [e], [o].
2.
Konsonantal
Konsonantal merupakan penyempitan pada daerah artikulasi (alat ucap yang disentuh), meliputi huruf yang memiliki hambatan dalam rongga mulut pada saat mengucapkan atau pada proses pembentukannya.
[b], [c], [d], [f], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [q], [r], [s], [t], [v], [w], [x], [y], [z].
3.
Tinggi
Bunyi tinggi dihasilkan pada posisi lidah meninggi / mendekati langit-langit keras.
[i] pada kata [kita], lidah dinaikkan.
[u] pada kata [hantu].
4.
Belakang
Bunyi belakang dihasilkan pada posisi lidah bagian belakang yang dinaikkan, dalam bentuk bibir dan posisi lidah hamper sama dengan fitur tinggi.
[u] pada kata [buku], posisi lidah belakang meninggi, mendekati langit-langit keras.
5.
Rendah
Muslich, (2012: 57), bunyi rendah yaitu bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah agak merendah menjauhi langit-langit keras.
[O] pada kata [rOkOÊ”].
6.
Anterior
Suara yang diproduksi dengan obstruksi yang terletak di langit-langit depan (Hyman, 1975: 48).
[t] dan [n].
7.
Koronal
Bunyi koronal dihasilkan dengan posisi daun lidah (artikulator) dan langit-langit keras (artikulasi).
[t.]
8.
Bulat
Bunyi bulat merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi bibir berbentuk bulat (Muslich, 2012:58).
[u], [U], [o], [O], [α].
9.
Tegang
Bunyi yang dihasilkan dengan penegangan pada otot artikulasi.
[e].
10.
Suara
Tergantung ada atau tidaknya getaran, tergolong menjadi suara hidup (bersuara)  dan suara mati (tak bersuara). Bunyi hidup adalah bunyi yang dihasilkan dengan pita suara bergitar secara signifikan, sedang bunyi mati adalah bunyi yang dihasilkan oleh pita suara dengan gerakan membuka menutup sehingga getarannya tidak signifikan.
Bunyi mati: [k],  [t],  [s], dan [p].
Bunyi hidup: [g], [b], [d], dan [z].
11.
Kontinuan
Muslich (2012: 55), bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup secara total sehingga arus udara tetap mengalir.
[c], [j], [f], [r], [R], [s], [v], [x], [z].
12.
Sengau
Muslich (2012: 51), bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui ringga mulut dan rongga hidung, dengan membuka velik sedikit.
[Bindheng]
13.
Striden
Bunyi yang terjadi jika udara menggeser alat ucap.
Labiodental [f] dan [v].

C.           Penerapan Fitur Distingtif.
Menurut Simanjuntak (1990: 12) untuk menentukan perbedaan antara dua fonem dengan cara:
1.      Mencari semua parameter (variables) tiap fonem.
2.      Membuang parameter yang sama.
3.      Mengenal parameter yang tidak sama.
Misalnya kata ‘batuk dan patuk’. Terdapat perbedaan fonem awal yakni /b/ dan /p/. Berikut analisis fitur distingtifnya.
No.
Pembeda
[b]
[p]
1.
Vokalik
-
-
2.
Konsonantal
+
+
3.
Tinggi
-
-
4.
Belakang
-
-
5.
Rendah
-
-
6.
Anterior
+
+
7.
Koronal
-
-
8.
Bulat
-
-
9
Tegang
-
-
10.
Suara
+
-
11.
Kontinuan
-
-
12.
Sengau
-
-
13.
Striden
-
-
Berdasarkan data di atas, kata ‘batuk dan patuk’ dengan fonem [b] dan [p] memiliki perbedaan pada fitur suara. Pada fonem [b] terjadi suara hidup sedang pada fonem [p] terjadi suara mati.

Simpulan
Dalam bahasa sehari-hari yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi jika ditelaah lebih lanjut menghasilkan kajian yang menarik untuk dibahas dalam bidang fonologi. Salah satu pembeda dari bahasa selain aksen, tempo atau sebagainya ternyata juga dapat dikaji dengan melihat tiga belas ( vokalik, konsonantal, tinggi, belakang, rendah, anterior, koronal, bulat, tegang, suara, kontinuan, sengau, dan striden) fitur pembeda atau fitur distingtif.
Penganalisisan dengan cara mencari fonem-fonem yang sama terlebih dahulu kemudian mencari fonem-fonem yang berbeda untuk dianalisis.


SUMBER

Hyman, Larry M. 1975. Phonology: Theory and Analysis. Amerika: United Stated of America.

Muslich, masnur. 2012. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Simanjuntak, M. 1990. Teori Fitur Distingtif dalam Fonologi Generatif: Perkembangan dan Penerapannya. Jakarta: Gaya Media Utama.


Verhaar. 2010. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tulis komentar anda di sini.

Breaking News
Diberdayakan oleh Blogger.